kredit to: http://www.mamapeduli.info/2014/03/79-kesalahan-mendidik-anak-usia-pra.html#ixzz3rKlNfY3X
79 Kesalahan Mendidik Anak Usia Pra-Sekolah dan
Usia Sekolah
79 Kesalahan Mendidik Anak Usia Pra-Sekolah dan Usia Sekolah
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ
عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ
وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka
terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (iaitu): sedekah jariah, ilmu yang
dimanfaatkan, atau do’a anak yang soleh” (HR. Muslim no. 1631)
Anak soleh
merupakan hasil dari kerja keras orang tuanya. Oleh karena itu, Islam amat
mendorong seseorang untuk memperhatikan pendidikan anak-anak mereka dalam hal
agama, sehingga nantinya anak tersebut tumbuh menjadi anak soleh. Lalu anak
tersebut menjadi sebab, iaitu orang tuanya masih mendapatkan pahala meskipun
orang tuanya sudah meninggal dunia.
Selain itu,
kewajiban orang tua dalam mendidik anak juga ditekankan dalam firman Allah
S.W.T:
“Wahai orang-orang
yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
(At-Tahrim: 6)
Oleh kerana
itu, tidak sepantasnya orang tua tidak memperhatikan “investasi akhiratnya”
dengan menyia-nyiakan pendidikan anaknya. Sebelum terlambat, yakni anak menjadi
nakal dan tidak tahu kebaikan, perhatikanlah faktor-faktor penyebabnya. Sesal
kemudian tidak ada arti.
Berikut ini
adalah 31 kesalahan mendidik anak usia pra-sekolah dan 43 kesalahan mendidik
anak usia sekolah yang dapat kami kumpulkan:
A. Kesalahan
Mendidik Anak Usia Pra-Sekolah
No
|
Kesalahan
|
Seharusnya
|
1
|
Tidak memperhatikan tauhid anak
|
Anak usia pra-sekolah bisa diajarkan
pertanyaan mendasar tentang siapa Robmu, siapa Nabimu, apa agamamu, Alloh
berada di ‘Arsy, dll
|
2
|
Tidak memperhatikan ibadah anak
|
Anak usia pra-sekolah bisa diajarkan
tata cara wudhu dan sholat yang benar sesuai contoh Nabi
|
3
|
Mendoakan keburukan pada anak saat
marah
|
Tetap mendoakan kebaikan, karena bisa
jadi doa itu dikabulkan
|
4
|
Tidak membantu istri dalam mendidik
anak, hanya menyerahkan tanggung jawab begitu saja
|
Mendidik anak hukumnya wajib,
sehingga Anda harus mempergauli dan menyediakan waktu khusus untuk mereka
|
5
|
Menjauhi anak dengan alasan
pekerjaan, atau bahkan dakwah sekalipun
|
Tanyakan kepada diri anda, kebaikan
apa yang sudah Anda ajarkan setiap hari
|
6
|
Menutup diri dari anak-anak, tidak
mendengar pendapat dan permasalahan mereka
|
Jadikanlah saat berkumpu menjadi
menyenangkan, terbuka, dan lapang dada
|
7
|
Kurang memperhatikan program/jadwal
pendidikan anak
|
Disiplin dengan program/jadwal
pendidikan yang telah ditetapka
|
8
|
Tidak meniatkan apa pun saat mendidik
|
Niatkanlah dengan banyak hal seperti
berharap pahala amal jariyah dan mengembalikan kemuliaan islam
|
9
|
Melupakan keteladanan para salaf
dalam materi pendidikan
|
Niatkan dan teladani para sahabat,
para ulama, dan orang-orang sholih dalam memanfaatkan waktu untuk menuntut
ilmu, sehingga anak-anak kita bisa meneladani para panutan tersebut
|
10
|
Mendidik anak dengan televisi
|
Dewasa ini, televisi menjadikan
sarang kebobrokan moral, jauhkanlah dari keluarga kita
|
11
|
Tidak meng-update metode
pembelajaran
|
Ikutilah perkembangan baru dalam
pendidikan sebagai tambahan dari teori dan metode dasar pendidikan yang telah
diketahui
|
12
|
Tidak memberikan keteladanan orang
tua
|
Buah tidak akan jatuh jauh dari
pohonnya, berikanlah keteladanan
|
13
|
Tidak memperhatikan perkembangan anak
menurut usia mereka
|
Faham dan mengerti tabiat pada
fase-fase umur anak
|
14
|
Meremehkan, mencela, dan merendahkan
mereka
|
Mempergauli dengan baik serta
menghormati sebagaimana anak yang sudah besar
|
15
|
Terlalu sering menghukum, terutama
hukuman fisik
|
Sering memotivasi, memberi semangat,
dan hadiah dengan cara beragam. Jika memukul mereka karena meninggalkan
sholat baru boleh dilakukan setelah mereka berumur 10 tahun. Tentu memukul mereka
saat berumur kurang dari 10 tahun karena perkara sepele merupakan perbuatan
dzolim. Wallohu a’lam
|
16
|
Mengritik di depan anak yang lain
secara terus menerus
|
Bila anak salah, koreksilah secara
khusus ketika sendiri
|
17
|
Selalu mengingatkan kekurangan dan
tidak pernah memuji
|
Memujinya di depan anak yang lain
karena kebaikan yang dikerjakan agar dicontoh anak yang lain dan mendoakan
kebaikan baginya
|
18
|
Mengerjakan segala pekerjaan anak
(baik dikerjakan sendiri atau pembantu) dan tidak membiasakannya mandiri/berdikari
|
Membiasakan anak untuk mengurus diri
sendiri, seperti pakaiannya, kamarnya, buku-bukunya, dan memujinya atas
perbuatan itu
|
19
|
Tidak memperhatikan kebersihan anak
|
Membiasakan anak selalu menjaga
kebersihan, seperti gigi, kamar, dan barang-barangnya
|
20
|
Kurang memperhatikan ‘fastabiqul
khoirot’ (berlumba-lumba dalam kebaikan) antar anak
|
‘Fastabiqul khoirot’ akan mendorong
semangat berbuat kebaikan yang lebih, sembari diberikan motivasi pahala dan
surga
|
21
|
Tidak mengetahui dan menumbuhkembangkan
potensi anak
|
Meneliti kecenderungan dan cita-cita
anak serta memberikan kesempatan untuk mengembangkannya
|
22
|
Tidak mengajaknya bertemu dengan para
tokoh yang memiliki keutamaan
|
Mengajaknya berkunjung ke tempat
orang-orang sholih agar bisa turut mengambil faedah
|
23
|
Tidak memberikan tempat pribadi bagi
anak
|
Memberikan tempat khusus atau kamar
bagi anak yang di dalamnya diletakkan segala miliknya
|
24
|
Meremehkan kemampuan seni anak
|
Memberikan buku-buku cerita, buku
gambar, peralatan mewarnai, dsb
|
25
|
Hanya menggunakan sarana ‘hardcopy’
|
Gunakan juga sarana modern, seperti
video dan software yang mendidik
|
26
|
Tidak membiasakan anak di atas sunnah
|
Membiasakan doa-doa yang diajarkan
nabi dalam segala keadaan, misal doa keluar dan masuk rumah, doa akan dan
bangun tidur, doa sebelum dan sesudah makan, dan doa serta adab lainnya.
|
27
|
Menjadikan kepergian dan kedatangan
anak adalah hal yang biasa tanpa perasaan kasih sayang atau bahagia
|
Membiasakan anak untuk pamitan dan
menyambut kedatangannya dengan bahagia
|
28
|
Bersikap keras terhadap anak
|
Luangkan waktu bermain dengan anak
meskipun sebentar agar lebih mendekatkan
|
29
|
Tidak membiasakan ruqyah syar’iyyah
saat akan tidur
|
Membiasakan ruqyah syar’iyyah dengan
membaca surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas, meniupnya ke kedua telapak
tangan lalu mengusapkan ke seluruh tubuh anak yang bisa dijangkau, 3 kali
(Muttafaqun ‘alaih)
|
30
|
Tidak pernah mencium saat tidur
|
Mencium saat tidur merupakan wujud
kasih sayang pada anak
|
31
|
Suami-istri bertengkar di depan anak
|
Jangan lakukan, anak tidak akan
menghargai karisma orang tua
|
32
|
Membela anak yang salah
|
Jangan membela anak yang salah,
ajarkan anak untuk mau mengakui kesalahan
|
33
|
Berjalan sendiri-sendiri
|
Gandengah tanggannya saat jalan bersama.
Hal ini akan menambah kedekatan
|
B. Kesalahan Mendidik Anak Usia Sekolah
No
|
Kesalahan
|
Seharusnya
|
1
|
Tidak memperhatikan tauhid anak
|
Anak usia sekolah bisa diajarkan
mengenai rukun iman dan islam dengan lebih mendetail
|
2
|
Tidak memperhatikan ibadah anak
|
Anak usia pra-sekolah bisa diajarkan
tata cara wudhu, sholat, dan puasa yang benar sesuai contoh Nabi dengan
menyuruh praktik secara langsung
|
3
|
Membiarkan anak suka jajan makanan
|
Membekali anak ke sekolah dengan
makanan buatan sendiri yang higienis
|
4
|
Mengizinkan untuk tidak sarapan pagi
|
Penting untuk memperhatikan menu
makan pagi bagi anak
|
5
|
Membiarkan anak untuk hanya memakan
makanan yang disukainya saja
|
Mengajarkan kapan, bagaimana, dan apa
yang dimakan dengan tetap memberikan kebebasan memilih makanan
|
6
|
Tidak memperhatikan pada hari-hari
pertama masuk sekolah, bertindak keras dan memaksanya
|
Memperhatikan dan membuatnya suka
dengan sekolah
|
7
|
Tidak memperhatikan hubungan antara
rumah, sekolah, dan guru, serta tidak pernah mengunjunginya saat di sekolah
|
Dekat kepada anak dan gurunya, serta
terkadang mengunjunginya saat di sekolah sebagai wujud perhatian kepadanya
|
8
|
Memberikan teguran keras
terus-menerus dan membuatnya menangis karena tidak memperhatikan pelajaran di
sekolah
|
Terus memotivasi anak untuk belajar
|
9
|
Membanting/melempar buku saat anak
tidak paham
|
Padahal seharusnya malah diberi
motivasi
|
10
|
Mengerjakan pekerjaan rumah (PR) anak
dan memanjakannya
|
Mengarahkan anak dalam belajar dan
mengerjakan PR (anak harus mandiri mengerjakannya)
|
11
|
Membiarkan anak belajar sendiri
|
Temanilah saat belajar. Bimbinglah,
sembari melihat perkembangan anak
|
12
|
Menyamaratakan dalam metode mengajar
anak
|
Memperhatikan kondisi setiap anak.
Sayang dan berhati-hati dalam memberikan pemahaman ilmiah
|
13
|
Tidak mengindahkan acara pertemuan
wali murid
|
Hadir, bertatap muka dengan guru, dan
menanyakan perkembangan anak
|
14
|
Liburan tanpa kesan pendidikan
|
Pilihlah liburan yang bermanfaat,
yang dapat diambil faidahnya
|
15
|
Mencela cara berbicara dan bahasa
anak secara terus-menerus, walaupun bercanda
|
Memberikan kebebasan berekspresi
sepanjang masih dalam koridor syariat
|
16
|
Tidak menanamkam kegemaran membaca
|
Menanamkan kegemaran membaca dengan
memberikan keteladanan, nasihat, dan buku-buku menarik yang bermanfaat
|
17
|
Membiarkan anak membaca cerita fiksi,
novel, komik, dan bacaan tidak berguna lainnya
|
Mengalihkan ke bacaan-bacaan yang
bermanfaat seperti siroh Nabi dan orang-orang sholih
|
18
|
Sangat membatasai pergaulan anak dan
mengungkungnya dalam rumah
|
Memperluar arena interaksi dengan
dunia luar yang menyebabkan pengalaman kehidupan anak bertambah selama tidak
membahayakan diri dan agamanya
|
19
|
Tidak menyukai anak dengan
menganggapnya sebagai musibah dan aib dengan terus-menerus mengejek perkataam
dan perbuatannya
|
Memberikan persepsi kepada anak bahwa
dia disukai, menyayangi anak dan menganggapnya sebagai amanah dan karunia
|
20
|
Tidak memberikan keteladanan,
membiarkan “kurang ajar”
|
Membiarkan keteladanan dalam akhlak
dan ibadah
|
21
|
Menakuti dengan jin / hantu
|
Menanamkan keberanian dan memberikan
penjelasan bahwa takut dengan jin / hantu termasuk kesyirikan karena jin /
hantu tersebut tidak dapat memberikan kemudhorotan tanpa izin Alloh
|
22
|
Hanya sekedar mengobati anak yang
cacat, tidak memberikan motivasi
|
Selain mengobati juga memotivasi
(membesarkan hatinya) dan mengembangkan bakat lainnya
|
23
|
Membatasi kebebasan dalam
mengembangkan bakat
|
Memberikan kebebasan kepada anak
dalam mengembangkan dan menunjukkan bakatnya selama masih berada dalam
koridor syariat
|
24
|
Keras dalam mendidik kedisiplinan
(militerisme)
|
Mengedepankan kasih sayang dan
kelemah-lembutan
|
25
|
Membandingkanya dengan anak yang
mempunyai kemampuan lebih dan terus mengejeknya
|
Menanamkan keyakinan bahwa anak anda
bisa melebihi mereka yang mempunyai kemampuan lebih
|
26
|
Selalu memarahi dan menuduh atas
perilaku yang dilakukan anak
|
Kedepankanlah kasih sayang dan
carilah penyebabnya terlebih dahulu
|
27
|
Memanjakan anak
|
Menumbuhkan kemandirian (berdikari)
anak
|
28
|
Membiarkan ke-egoisan anak
|
Ajarilah pentingnya menghormati hak
orang lain
|
29
|
Menyerahkan urusan kebersihan kamar
kepada pembantu dan membiarkan anak tidak mandi
|
Tanamkan kemandirian dalam
membersihkan diri sendiri dan lingkungan rumah
|
30
|
Tidak mau diajak bermain
|
Luangkanlah waktu untuk bermain,
walaupun sebentar
|
31
|
Tidak pernah mengasah otak anak
dengan mengambil ibroh dari berbagai kejadian
|
Mengambil hikmah dari suatu kejadian
penting juga akan mengasah kepekaan sosial anak
|
32
|
Bangga dengan ketakutan anak pada
orang tuanya
|
Anak yang bahagia, tenang, dan
tentram lebih mudah untuk menerima pelajaran apapun
|
33
|
Berlebihan mencela kesalahan guru
|
Jangan berlebihan mengritik kesalahan
guru. Guru juga termasuk orang tua yang wajib dihormati
|
34
|
Menyebutkan aib-aib guru
|
Di samping ghibah, hal tersebut akan
menjatuhkan kharisma guru. Sebutlah kebaikannya
|
35
|
Menganggap anak yang bertanya terus
sebagai pengganggu, berisik, dan “bawel”
|
Anak sering bertanya merupakan
perkara lumrah dan bahkan menandakan anak yang cerdas. Orang tua semestinya menjawabnya
dengan jawaban ilmiah dan memuaskan, sehingga lebih membangkitkan keinginan
anak untuk belajar dan mencari tahu
|
36
|
Membiarkan anak menonton hal-hal yang
tidak mudhorot di TV
|
Tidak menghadirkan TV di rumah,
mengalihkannya dengan pelajaran ilmu agama yang bermanfaat dari Al-Qur’an dan
Sunnah. Ajarkan juga cara memanfaatkan waktu dengan baik dengan keteladanan
para salafush sholih
|
37
|
Tidak menyuruh sholat pada umur 7
tahun dan tidak memukulnya pada umur 10 tahun jika masih tidak mau
mengerjakan sholat (HR. Abu Daud dan Ahmad). Tidak pernah mengajak sholat
berjamaah di masjid
|
Suruhlah sholat pada umur 7 tahun dan
pukullah jika masih tidak mau mengerjakannya pada umur 10 tahun. Jika anak
dapat tenang di masjid, ajaklah anak untuk ikut sholat berjamaah di masjid.
|
38
|
Membiarkan anak mengakhirkan waktu
sholat
|
Ajarilah untuk disiplin atas
kewajibannya
|
39
|
Tidak pernah mengajarkan/ menyuruh
menghafal Al-Qur’an dan hadits
|
Hafalan Al-Qur’an dan hadits (bisa
dimulai dengan arba’in nawawiyah) harus dimulai sejak dini
|
40
|
Tidak tahu adab dan akhlak rosululloh
|
Orang tua harus berilmu terlebih
dahulu sebelum mengajarkan adab dan akhlak yang benar
|
41
|
Hanya mengajari masalah fikih
(misalnya wudhu dan sholat) dengan lisan
|
Praktikanlah secara langsung dan tuntunlah
secara detail
|
42
|
Tidak pernah memberikan hadiah /
penghargaan kepada anak atas prestasi tertentu
|
Memberikan hadiah harian / mingguan /
bulanan / tahunan akan lebih memotivasi, walaupun sedikit
|
43
|
Tidak pernah menghukum anak atas
kesalahan yang diperbuatnya
|
Menghukum dengan hukuman yang sesuai
dan tidak terus-menerus membuat anak mau mengakui kesalahan dan jera
|
44
|
Cerita dan keluhan anak di sekolah
dianggap mengganggu dan membuang waktu
|
Dengarkanlah ceritanya sambil
menasihati kebaikan
|
45
|
Membiarkan anak mencari jati dirinya
sendiri setelah ABG/dewasa
|
Masa dewasa sangat rawan terbawa
arus, arahkan, ajak bermusyawarah atas perbuatan baik.
|
46
|
Membiarkan anak hobi musik, bahkan
menghafal syair-syairnya
|
Musik diharamkan (HR. Bukhori),
karena itu harus dijauhkan dari anak-anak. Sibukkanlah dengan menghafal
Al-Qur’an dan hadits. Lagu dan musik merupakan seruling setan yang memiliki
andil besar dalam merusak akhlak dan jiwa anak.
|
Disadur dari buku:
“Metode Pendidikan Anak Muslim Usia Prasekolah”, jilid 1, hal. 72 s.d. 77, dan
“Metode Pendidikan Anak Muslim Usia Sekolah”, jilid 2, hal. 104 s.d 112,
keduanya karya Abu Amr Ahmad Sulaiman, penerbit Darul Haq, judul asli:
Minhajuth Thiflul Muslim fii Dhou’il Kitab was Sunnah, dengan perubahan (pengurangan
dan penambahan) oleh Abu Muhammad dan mengambil faidah dari ceramah Al-Ustadz
DR. Ali Musri Semjan Putra di Masjid Imam Asy-Syafi’i, Plaju, Palembang, 10
Februari 2013, berjudul “Pendidikan Anak dalam Islam”.
Penutup
رَبَّنَا
هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا
لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً
”Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada
kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan
Jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al-Furqon: 74)
Wallohu
a’lam. Semoga Sholawat dan Salam selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad
beserta keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya dengan baik
hingga hari kiamat
No comments:
Post a Comment